Dimas Patria Nugraha Blogspot

Minggu, 30 Oktober 2011

Sejarah Kota Metro , Lampung

Pernah denger nama Kota Metro? Ya, yang di Provinsi Lampung itu kan? Demikian kawan pas ketemu di kereta pas mau mudik ke Lampung lebaran kemarin. Kota Metro dulunya masuk Lampung tengah, jadi ibukotanya malah. Tapi pas jaman-jamanya otonomi daerah, akhirnya di mekarkan menjadi Kota sendiri dengan nama Kota Metro. Luas wilayahnya sih kecil, sekitar 6,8 hektar dengan penduduk 153.000 jiwa.

Metro itu sebenarnya kota tua. Kota ini mewarisi perencanaan tata guna lahan zaman Pemerintahan Belanda yang dibuat tahun 1936. Hal ini terlihat dari lahan untuk pemukiman, perkantoran, perdagangan, pertanian dan taman terencana dengan matang. Semuanya terjalin rapi dalam jaringan jalan yang sudah termasuk lebar pada masa itu, bahkan saluran irigasi (baca: ledeng) dan saluran pembuangan air hujan pun sudah sedemikian tertata.

Dulu, tempat itu merupakan tempat pertama para transmigran (kolonis) dari pulau Jawa ditempatkan. Kedatangan kolonis pertama di daerah Metro (saat itu namanya masih Trimurjo) adalah pada hari Sabtu, 4 April 1936 dan untuk sementara ditempatkan pada bedeng-bedeng yang sebelumnya telah disediakan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian kepada para kolonis dibagikan tanah pekarangan yang sebelumnya memang telah diatur. Setelah kedatangan kolonis pertama ini, perkembangan daerah bukaan baru ini berkembang demikian pesat, daerah menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis-pun semakin bertambah, kegiatan perekonomian mulai tumbuh dan berkembang.

Istilah bedeng-bedeng itu masih dijumpai sampai sekarang. Jika Anda dateng ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dst sampai 62-Sekampung (sekarang masuk Lampung Timur). Yang sekarang ini mulai masuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 14/2, 15, 16a, 16c, dst… Jadi lebih mudah nemuin daerah pake 16c dibanding Mulyo jati. Lebih enak ngomong daerah 22 dibanding Hadimulyo. Lebih populer nama 21c dibanding Yosomulyo, ya kan??

Pada hari Selasa, 9 Juni 1937 nama Desa Trimurjo diganti dengan nama Metro, dan karena perkembangan penduduknya yang pesat. Sebagai Asisten Wedana (Camat) yang pertama adalah Raden Mas Sudarto. Penggantian nama Desa Trimurjo menjadi Desa Metro, karena didasarkan pada pertimbangan letak daerah kolonisasi ini berada ditengah-tengah antara Adipuro (Trimurjo) dengan Rancangpurwo (Pekalongan).

Mengenai nama Metro, seorang kolonis mengatakan berasal dari kata “Mitro” yang artinya keluarga, persaudaraan atau kumpulan kawan-kawan. Adapula yang mengatakan Metro berasal dari “Meterm” (Bahasa Belanda) yang artinya “pusat atau centrum” atau central, yang maksudnya merupakan pusat/sentral kegiatan karena memang letaknya berada ditengah-tengah. Kolonis yang lain mengatakan Metro mempunyai artian ganda, yaitu saudara/persaudaraan dan tempat yang terletak ditengah-tengah antara Rancangpurwo (Pekalongan) dan Adipuro (Trimurjo).

0 komentar:

Posting Komentar